MENELUSUR LORONG-LORONG KOTAGEDE
8 September 2012
Kotagede mempunyai arti penting bagi sejarah Mataram Islam. Dimana senopati berhasil membangun sebuah kerajaan yang besar dan hebat pada masa itu. Kegagahan bekas kerajaan ini masih dapat dilihat dari sisa-sisa bangunan tua disana. Makam Kotagede, makam keluarga raja dimana senopati dan beberapa dari keturunannya dimakamkan. Bangunan hasil percampuran budaya hindu-jawa-islam dapat tergambar jelas pada pagar, masjid begitu juga makam.
Kali ini aku bersama Mas Thomas berkunjung kesana untuk mengenang sejarah masa silam dan juga mengambil beberapa spot photo. Aku mengawali cerita dari bawah rindangnya pohon beringin dihalaman depan yang mana dijadikan tetenger atau tanda pendirian kerajaan. Kami terus berjalan dan melewati gapura padureksa dengan harap akan mendapat keberkahan umur panjang. Suasana artistik mulai kami dapatkan. Untuk menambah kesan dan menjiwai peran, kami berdua berganti kontum kebesaran pranakan dan aku berkemben. Aura yang membawa kita pada massa lampau dan kami nampak seperti kerabat kerajaan.
aku mulai bercerita tentang kejayaan mataram islam beberapa saat silam. Sambil berjalan di area makam. Beberapa kali mas Thom mengambil gambar, dia sangat mengagumi bangunan kuno ini. Tak terasa hampir satu jam kami berjalan dan berdiskusi panjang lebar tentang mataram.
Kami berdua berjalan ke arah utara masjid dan mengikuti jalan kecil yang akrab dipanggil gang senggol. Karna memang jalannya sangat kecil sehingga saat orang bersamaan berjalan akan saling bersentuhan atau orang jawa bilang senggolan. Lorong-lorong bagai sebuah labirin. Terus berjalan hingga menembus jalan menuju coklat monggo.
Kami berhenti sebentar di pos ronda dan aku bercerita tentang sistem keamanan di Indonesia. Tak jauh dari pos ronda itu, ada pohon beringin tua yang di bawahnya terdapat situs peninggalan mataram. Watu gilang dan watu gatheng. Hanya melihat dari jauh.
Coklat monggo adalah tujuan selanjutnya. Melihat proses pembuatan coklat dan juga icip-icip menjadi kegiatan wajib dicoba. Tak lupa membeli buah tangan disini.
Masih bercerita tentang mataram tak terasa kami sudah sampai di samping reruntuhan tembok istana. Itu melambangkan betapa hebatnya mataram dahulu kala. Terus berjalan hingga sampai di gang rukunan. Jajaran rumah tradisional yang tersusun rapi membentuk kompleks yang mempunya 2 pintu barat dan timur. Hingga tempat ini disebut beetwen two gates. Perjalanan kami bermuara di rumah paling ujung disana terdapat home industry perak “dallas” terpajang banyak sekali ragam perak yang harganya miring dengan kualitas baik.
Inilah perjalanan kami menelusur kota tua. Pasar legi menjadi objek kami selanjutnya untuk mencari jajanan pasar bernama kipo. Yah, setelah itu kami masih menyempatkan blusukan kotagedhe. Ku lihat sebuah rumah megah ada diantara lorong-lorong itu. Kami mendekat dan mengambil gambar disana. Sebuah hal yang tidak diduga, sang pemilik rumah Rudi Pesik mempersilakan kami berdua berkunjung dirumahnya. Kami diantar berkeliling rumahnya. Wow betapa indahnya. Unik dan sangat sangat artistik. Sebuah pengalaman yang sangat mengesankan.
Tak kurang 30nmenit kami ngobrol dan juga mengitari rumah pak Rudy kami pun berpamitan pulang dan melanjutkan perjalanan. Kali ini kami akan berburu barang atik. Sepeda ontel. Aku dan mas Thom menuju pasar sepeda, melihat banyak sepeda dia merasa bingung. Karena dia hanya ingin menikmati gowes dari hotel menuju kantornya dalam waktu sebentar sebelum dia kembali ke negaranya. Yaah engga jadi beli deh! Karna mas Thom bilang dia sudah punya sepeda di hotel. So, sekarang waktunya kita pulang karna hari sudah sore. Pulang dan berpisah di hotel.
Komentar
Posting Komentar