CANDI SUKUH, EROTIS YANG EKSOTIS
Masih bersama UPW candi Sukuh dan cetho berada di dalam satu jalur. Lokasi candi Sukuh terletak di lereng kaki Gunung Lawu pada ketinggian kurang lebih 1.186 meter di atas permukaan laut. Candi ini terletak di Dukuh Berjo, Desa Sukuh, kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini berjarak kurang lebih 20 km dari kota Karanganyar dan 36 kilometer dari Surakarta.
Kesan
pertama saat memasuki area candi ini adalah sebuah bentuk sesuatu yang vulgar.
Dimana dalam kompleks candi ini terdapat patung erotis yang menampilkan secara
terbuka bentuk seorang lelaki telanjang. Sexy kan? Udah jangan diliatin terus.
Dosa loh! Dah tau dosa kok ya masih dipandangin sih. Hehe.
Aku engga maksud apa-apa nih, Cuma mau berbagi
cerita aja selama perjalanan aku.
Nah
ada juga lain cerita tentang lingga dan yoni. Konon menurut cerita di candi inilah
dahulu putri raja dites keperawanannya. Dengan cara melompati pagar apabila
jarik (kain) yang dikenakan tidak sobek maka pertanda dia masih suci perawan
apabila sobek tandanya sudah tidak perawan. Hmmm gak masuk akal sih.
Menurut
literatur yang aku baca nih ada cerita tentang relief yang ada disana. Meski
candinya tak sebesar prambanan atau bahkan borobudur tapi reliefnya jelas kok.
Serangkaian
relief-relief itu merupakan mitologi utama Candi Sukuh dan telah diidentifikasi
sebagai relief cerita Kidung
Sudamala. Urutan reliefnya adalah sebagai berikut:
Relief pertama
Di bagian kiri
dilukiskan sang Sahadewa atau Sadewa, saudara kembar Nakula dan
merupakan yang termuda dari para Pandawa Lima. Kedua-duanya adalah putra
Prabu Pandu dari Dewi Madrim, istrinya yang kedua. Madrim meninggal dunia
ketika Nakula dan Sadewa masih kecil dan keduanya diasuh oleh Dewi Kunti,
istri utama Pandu. Dewi Kunti lalu mengasuh mereka bersama ketiga anaknya dari
Pandu: Yudhistira, Bima dan Arjuna. Relief ini menggambarkan Sadewa yang sedang
berjongkok dan diikuti oleh seorang punakawan atau pengiring. Berhadapan dengan
Sadewa terlihatlah seorang tokoh wanita yaitu Dewi Durga yang juga disertai
seorang punakawan.
Relief kedua
Pada relief
kedua ini dipahat gambar Dewi Durga
yang telah berubah menjadi seorang raksasa (raksasa wanita) yang berwajah
mengerikan. Dua orang raksasa mengerikan; Kalantaka dan Kalañjaya menyertai Batari
Durga yang sedang murka dan mengancam akan membunuh Sadewa. Kalantaka dan
Kalañjaya adalah jelmaan bidadara yang dikutuk karena tidak menghormati Dewa
sehingga harus terlahir sebagai raksasa berwajah buruk. Sadewa terikat pada
sebuah pohon dan diancam dibunuh dengan pedang karena tidak mau membebaskan
Durga. Di belakangnya terlihat antara lain ada Semar. Terlihat wujud
hantu yang melayang-layang dan di atas pohon sebelah kanan ada dua ekor burung
hantu. Lukisan mengerikan ini kelihatannya ini merupakan lukisan di hutan
Setra Gandamayu (Gandamayit) tempat pembuangan para dewa yang diusir dari
sorga karena pelanggaran.
Relief ketiga
Pada bagian ini
digambarkan bagaimana Sadewa bersama punakawannya, Semar berhadapan dengan
pertapa buta bernama Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa di pertapaan Prangalas.
Sadewa akan menyembuhkannya dari kebutaannya.
Relief keempat
Adegan disebuah
taman indah di mana sang Sadewa sedang bercengkerama dengan Tambrapetra dan
putrinya Ni Padapa serta seorang punakawan di pertapaan Prangalas. Tambrapetra
berterima kasih dan memberikan putrinya kepada Sadewa untuk dinikahinya.
Relief kelima
Lukisan ini
merupakan adegan adu kekuatan antara Bima
dan kedua raksasa Kalantaka dan Kalañjaya. Bima dengan kekuatannya yang
luar biasa sedang mengangkat kedua raksasa tersebut untuk dibunuh dengan kuku
pañcanakanya.
Komentar
Posting Komentar