AKAN : Perjalanan Membelah Hutan
Cerita belum berhenti ketika kami
landing di haneda international airport, Tokyo. Dengan wajah pucat dan badan
lesu aku berjalan digandeng teman seperjuangan hingga akhirnya kami menemukan
Sakai sama, sponsor yang mengundang kami ke Jepang. Mulanya aku berpikir ahh
malam ini pasti bisa istirahat nyenyak di hotel. Tapi tebakan itu melesat
terlalu jauh dari kenyataan. Sial, malam ini juga kami harus meninggalkan
haneda ke narita dan esok pagi harus take off ke Sapporo. Kami harus berpisah
dengan Yohana dan Riana karna beda tempat.
Sisa waktu yang dikit ini dimaksimalin buat
tidur. Jam 2 pagi waktu Tokyo, kami diantar Sakai ke narita dan check in jam 5.
Perjalanan udara dari narita ke Sapporo hanya makan waktu sekitar 1 jam.
Perjalanan selanjutnya lewat darat. Sakai berpesan, kami berlima akan dijemput
Fujiwara penanggung jawab di Hokkaido.
Perjalanan satu jam itu membuat
kami tertidur pulas, dan tersadar bahwa kami sudah mendarat di lain pulau.
Beberapa saat menunggu di waiting room, seorang Jepang datang,
“JIC no hito desu ka?”
Itulaah sapaan pertama Fujiwara,
bos ganteng yang sangat ramah. Kami tak kesulitan dengan Bahasa yang
diutarakannya karna dia juga paham Bahasa Inggris. Sayang sekali, Fujiwara
tidak bisa menemani perjalanan kami selanjutnya.
This is our adventure friend!
Inilah yang paling disukai seorang travel writer , mencari sejuta cerita dari
setiap perjalanan. Untuk mencapai Akan kami harus berkendara 5 jam. Mulanya
jadwal bus datang jam 11.50 dan kami harus menunggu di halte sepuluh menit
sebelum. Kami pun keluar bandara tapi satpam yang jago Bahasa Inggris meminta
kami menunggu di waiting room. Dan seorang perempuan selalu mengkonfirmasi untuk
jangan jauh-jauh dari waiting room, bus akan segera datang.
Apa yang kami tunggu akhirnya
datang. Sebuah bus yang akan mengantar kami ke bagian timur Hokkaido. Tak
terjadi perebutan tempat duduk meski tak ditentukan dimana kami harus duduk.
Sepanjang jalan terhampar pemandangan hijau. Itulah ladang-ladang lavender yang
akan berwarna ketika musim semi.
Lima jam perjalanan sangat tak
terasa karna sepanjang itu kami disughkan hijaunya tumbuhan. Hingga akhirnya
kami sampai di sebuah perkampungan yang isinya semua hotel. Bisa dibandingkan
seperti di kaliurang atau di batur bali.
Sampai di depan hotel, seorang
lelaki berperawakan lumayan gendut datang menghampiri dan mempersilahkan masuk.
Itulah sachou , namanya Doi. Dia menjelaskan teknis selama training. Dia juga
memberi welcome drink dengan tangannya sendiri. Malam ini kami free, just
perkenalan aja. Kami diantar ke kamar hotel gosenzui.
Komentar
Posting Komentar