TRACKING TURAH SELO
Apa yang paling kita tunggu
teman-teman? Serentak semua teriak “yasumi”.
Kata sederhana yang bisa bikin kita semua bahagia. Senin ini ketiga jejaka
libur bersama sementara para gadis harus kerja separuh hari. seperti yang telah
kita agendakan, kita bakalan full
tracking membelah hutan momiji. Start
dari Akankoso hotel dan finish di
Museum.
Beruntung cuaca mendukung
perjalanan kita. Setelah mengisi perut yang kosong, kita berlima jalan. Hutan
sebelah hotel lumayan luas untuk dijadikan lahan tracking. Kalo libur tiba
banyak wisatawan yang jalan disana. Hutan disini sangat terjaga. Bersih dan
terawat. Rimbun dan hijaunya daun shasha
menyapa kedatangan kita. Angur-angur
ungu menggoda tangan dan minta dipetik tapi kita sadar mereka belum layak
dipetik, disentuh saja tidak pantas. Sisa hujan tadi malam membuat daun-daun
basah dan kadang menetes menyejukkan suasana. Tanah yang sedikit becek membuat
langkah lima manusia menjadi perlahan.
Jalan setapak ini sengaja dibuat di
pinggiran danau supaya para pejalan kaki bisa menikmati dua sensasi sekaligus,
hutan dan danau. Jika dipadukan akan menjadi sesuatu yang luar biasa. Sekitar
15 menit berjalan bau belerang mulai tercium dan kita terhenti pada sumber bau
belerang yang dinamakan Bokke.
Kawah cukup luas jaraknya sekitar
100an meter dari bibir danau. Kepulan asapnya masih terlihat jelas dan baunya
sangat menyengat. Suara mendidih juga terdengar kuat.
Pemandangan dari danau
ini cantik, bisa dikatakan paling cantik se-Akan Ko. Butiran-butiran batu
kerikil putih menghias bibir danau, tak jauh dari itu ada juga kawah kecil yang
masih suka mengepulkan asapnya.
Banyak peringatan Dangerous Area, but kita
tetep aja nekat mendekat dan melihat secara langsung ada apa disana. Kita
menemukan lubang kecil yang lumayan dalam, airnya panas bau belerangnya juga
lumayan menusuk hidung.
Seperti anak kecil, kita mainan air dan bikin prau
kecil dari daun shasha. Sambil duduk dan berjemur di bawah terik surya. Rasanya
begitu hangat apalagi saat ini kita kompak berlima bikin suasana tambah hangat.
Ya, ini adalah tracking ketiga buat aku dan Tian. Setelah yang pertama tanpa
Mas Rio dan yang kedua tanpa Ara dan Mbak Zuna.
Canda tawa kita berlima selalu
menemani setiap ayunan langkah. Saatnya membelah hutan momiji. Hutan kecil ini
merupakan salah satu area bahaya karna ada binatang buas yang tinggal, berwujud
seperti beruang tapi tiga kali aku kesana aku tak pernah beruntung menemukan
binatang itu. Katanya banyak rusa juga tapi gak tau ya hewan-hewan itu sembunyi
dimana. Yang sering keliatan hanyalah rubah. Di persimpangan pertama kita ambil
jalan ke kiri yang agak naik.
Setelah menaiki tangga, kita
nemuin pohon gedhe. Daunnya berwarna violet tapi kalo auntum tiba daunnya berubah jadi kuning. Namanya Katsura, derived dari bahasa Jepang yang artinya
wangi. Bau harum itu berasal dari daunnya. Pohon ini punya kualitas excellent untuk jadi bahan dasar furniture, Suku Ainu biasa menggunakan
satu pohon utuh untuk membuat canoe.
Spot selanjutnya adalah lahan
seluas 20 meter persegi yang lapang dan ditumbuhi ilalang. Apa yang special?
Ketika musim dingin tiba, disini adalah satu-satunya area yang tidak diselimuti
salju. Kenapa begitu? Karna ternyata suhu disini bisa mencapai 100 derajat
celcius. Disinilah para rusa berkumpul untuk mencari makan.
Perjalanan udah makan waktu
sekitar 30 menit. Sekarang kita bisa liat vegetasi tumbuhan semacam pinus
disepanjang jalan. Pohonnya tumbuh menjulang tinggi. Tanahnya seperti tanah
gambut di Sumatra. Tiga puluh menit berlalu hingga kita terhenti pada satu
jembatan kecil yang dibawahnya ada kali. Sejenak melepas lelah dan tak lupa
untuk bergaya di depan kamera.
Finish sudah di depan mata.
Bangunan berhalaman luas yang difungsikan sebagai eco museum. Kita berlima
duduk di taman museum dan tak lupa untuk narsis rame-rame. Dari kejauhan datang
gerombolan yang mengamati tingkah polah kita. Barisan itu datang mendekat dan
bertanya, “Amerika jin desu ka?” kita jawab “Indonesia jin desu. Wakatta?” , dan mereka ngrespon “aaa toi desu ne.” itu kalimat yang bikin kita bener-bener lega.
Akhirnya ada juga yang tahu negara kita.
Biasanya disini pada bingung, Indonesia itu sebelah mananya Bali? Pertanyaan
konyol yang selalu muncul dari orang asing.
Dan hanya waktu itu kita bener-bener dianggap bule. Seperti yang kita
lakukan kalo ketemu bule, foto bareng. Anak-anak SD itu ngajakin kita foto
bareng. Beneran, baru kali ini selama kita tinggal di Jepang diajakin foto dan
dianggap orang asing.
Komentar
Posting Komentar