HACHIOJI PERTAMA KALI


Binar mata itu masih saja terbawa sampai kereta. Aku masih ingat betul rasanya tinggal bersama kalian. Kini aku harus melanjutkan perjuanganku. Bersama pak direktur, aku menuju Chitose Airport dan terbang ke Tokyo. Pesawat sudah bersiap take off, naik dan terus naik membumbung tinggi ke awan. Semakin tinggi, aku bisa merasakan perbedaan tekanan udaranya. Gumpalan awan terlihat seperti arum manis yang biasa dijual di pasar malam, lautan dengan hiasan gelombang, menjadi pemandangan. Selamat tinggal Sapporo, bye Hokkaido, someday I'll come back untuk membaca kenangan yang pernah ku ukir.

Hampir satu jam aku berada diudara, hingga akhirnya landing dengan selamat di Haneda airport, Tokyo. Tak lama waktu berselang, bos besar datang. Sakai sama, menjumput dan mengantarkan aku dan Mas Heri ke Hachioji, tempatku sekolah nanti.

Hachioji adalah satu dari greater tokyo area, kota terbesar ke delapan. Tiga sisinya dikelilingi pegunungan. Ada gunung Takao disebelah barat daya yang tingginya 599 m dpl, dan gunung Jinba dengan tingginya 857 m dpl. Kota ini dikenal sebagai kota pendidikan. Karna banyaknya instansi pendidikan dsini. Mulai dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi.

Ternyata perjalanan cukup panjang, memakan waktu sekitar 2 jam. Barisan gedung tinggi membuat sesak pandangan mata tapi tak seperti di ibukotaku yang selalu macet dan banyak polusi. Hingga akhirnya kami berhenti di depan bangunan bergaya eropa, namanya urban hills nishihachioji, disini kelak aku akan tinggal. Menghabiskan waktuku sebulan belajar bahasa Jepang.

Segera aku dibantu pak dir dan bos besar mengangkat barang-barang ke kamar. Kamarku berada di lantai dua dengan pemandangan langsung kota Hachioji. Begitu masuk, kamar sangat berantakan dengan perabot ini itu. Sayang sekali, lampu kamar mati dan itu menghambat kerja kami. Sakai san , keluar untuk membeli lampu sementara aku dan mas direktur nyicil beres-beres. Sakai san datang , lampu dipasang, terang dan kami mulai bebenah. Ada seorang datang dan ternyata itu adalah orang yang ngecek air, gas, listrik dan lain sebagainya. Enginer sini canggih ya, catetannya aja udah pake tab. Minta sign nya Sakai sama juga di tab, habis itu dipencet keluar billnya. Emang dasar negara maju, bikin aku selalu terkagum.

Ini adalah malam pertamaku di Tokyo, tidur di kamar yang berantakan. Keesokan harinya, aku dibantu Mas Heri, beresin kamar. Ngeset bed , masang mesin cuci, nata dapur ahhh banyaklah. Habis itu kita pergi belanja, kelengkapan kamar dan kebutuhan sehari-hari. Disini aku akan tinggal sendiri, semua akan ku kerjakan sendiri. Dan ini yang ku mau, survive di kota besar, negara maju. And my journey is beginning.

Komentar

Postingan Populer