SRI PANJUNG : cocok untuk pemburu sidat
Melintasi
jalur Imogiri-Dlingo mata dimanjakan dengan pemandangan hijau. Betapa hebat
kuasa Tuhan. Jauh di bawah sana terlihat bangunan putih, itulah makam raja-raja
mataram. Beberapa kilometer setelah itu, hutan pinus mempersilahkan kami
melintas. Hingga tiba di kecamatan Dlingo tepatnya di pertigaan arah Dodogan.
Tak jauh dari pertigaan itu, terdapat plang “Air Terjun Sri Panjung”.
Itulah
yang kami cari. Dengan menggunakan GPS (Gunakan Penduduk Setempat) memudahkan
pencarian kami. Sapa ramah dan senyum tulus inilah kekhasan suatu daerah
istimewa, Yogyakarta.
Tiba
di lokasi, hamparan ladang kayu putih membentang. Ku lihat di parkiran ada
beberapa kendaraan tertata , artinya ada pengunjung disana. Inilah tempat
shutting beyond skyland, tampak indah memang.
Ratusan
anak tangga menanti untuk dipijak. Cukup melelahkan dan membuat otot terasa
tegang. Sayang, semalam hujan menjadikan Kali Oyo tampak keruh kecoklatan. Dari
kejauhan air terjun terlihat indah, suara gemericik airnya pun terdengar
kencang. Kami mendekat , itu dia Sri Panjung, saudara kembar Sri Gethuk.
Lokasinya di dusun Dodogan, Jatimulyo, Dlingo , Bantul.
Tempat
wisata ini mulai eksis sejak satu setengah tahun lalu. Dengan fasilitas kamar
mandi, parkir area, warung, gazebo dan paving block yang bagus objek wisata ini
recommended untuk para pecinta alam.
Aliran
Kali Oyo juga sangat cocok untuk para maniak mancing terutama pemancing sidat
(sejenis belut atau di Jepang dikenal dengan unagi). Karena menurut penuturan
warga setempat, sidat di kali ini sangat banyak. Bahkan sudah pernah terangkat
sebesar termos. Pemancingnya berasal dari berbagai penjuru, mulai dari godean,
wates, klaten, jogja dan masih banyak lagi. Bagi pemburu sidat silahkan datang
kesini dan menemui penjaga parkir Sri Panjung yang juga maniak mancing. Beliau
tidak segan-segan menemani.
Informasi
:
Rute
munuju Sri Panjung dari arah kota, jalan wonosari-piyungan-pathuk (polsek ambil
kanan ke arah selatan)-dlingo-jatimulyo
Rute
menuju Sri Panjung dari arah selatan, jalan Imogiri-Dlingo (sebelum makam raja
ambil kanan arah mangunan)-
Tiket
masuk : belum ada
Parkir
: Rp 3.000
Transportasi : gunakan motor yang sehat. Tidak
disarankan menggunakan mobil karena belum ada pelebaran jalan menuju objek wisata
ini.
Saran : jangan takut tersesat karena
ada GPS tanpa sinyal alias Gunakan Warga Setempat. Waktu yang tepat berkunjung
di musim peralihan hujan ke kemarau. Agar mendapatkan view maksimal. Hijaunya
pepohonan dan beningnya air sungai. Pemandangan sangat bagus di sore hari
sembari menunggu sunset tapi untuk penerangan jalan pulang harap berhati-hati.
Atau bisa saja bermalam disana dengan membangun camp.
Komentar
Posting Komentar